Minggu, 25 September 2011

Filipina Membeli Kapal LPD dan Sejumlah Alutsista Lainnya Dari Indonesia



Kapal jenis Landing Platform Dock buatan PAL

MALANG - Filipina dipastikan jadi memesan sejumlah pesawat dan amunisi dari Kementrian Pertahanan Indonesia yang sebelumnya menawarkan sejumlah alat utama persenjataan produk dalam negeri.

Kepala Subdirektorat Teknologi Pertahanan Kementerian Pertahanan Kolonel TNI AU Taufik Arief, saat berada di Malang, Jawa Timur, Kamis (18/8) mengatakan, tawaran itu langsung mendapat tanggapan positif dari Filipina dengan memesan sejumlah peralatan dalam negeri.

Seperti pesawat angkut CN 235 produksi PT Dirgantara Indonesia, kapal jenis LPD produksi PT PAL serta amunisi dan senapan serbu produksi PT Pindad.

"Adanya negara lain yang berminat dengan persenjataan yang kita produksi, membuktikan keandalan industri pertahanan dalam negeri," katanya. Taufik mengatakan, transaksi pemesanan tersebut sudah dilakukan dan mulai dikirim bertahap pada September mendatang.

"Tujuan negara tatangga memesan sejumlah peralatan itu untuk mendukung sistem pertahanan udara, darat dan laut mereka," katanya.

Selain itu, pemesanan dilakukan dalam rangka kerjasama dan komitmen negara-negara ASEAN dalam komite industri pertahanan ASEAN.

"Dalam komite ini, seluruh anggota negara-negara ASEAN saling mendukung industri pertahanan, termasuk Indonesia dengan Filipina," katanya.

Sementara itu, pemesanan kapal type LPD oleh Filipina itu juga bekerjasama dengan Daewoo Korea Selatan. "Kita akan kirim secara bertahap, dan sementara akan dikirim kapalnya dahulu, sesuai dengan pengadaan di Filipina," katanya.

Sumber : ANTARA

Indonesia-Korsel sepakat Kembangkan Ranpur Bersama



JAKARTA - Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan sepakat mengembangkan panser dan tank bersama. Kesepakatan itu tertuang dalam nota kesepahaman antara PT Pindad dengan Busan Ltd. terkait rencana kerja sama itu di Jakarta, Jumat (9/9).

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan PT Pindad dan Busan akan bersama-sama memproduksi panser Anoa Tarantula. "Indonesia akan membuat 11 unit panser Tarantula dan Korea Selatan 11 unit," katanya.

Dirut PT Pindad Adik Avianto Soedarsono ketika dikonfirmasi ANTARA mengatakan, Anoa Tarantula teknologinya diserap dari Doosan DST. Panser itu akan dipersenjatai kanon 90 mm buatan Belgia.

Dia mengemukakan kontrak kerja sama pengadaan kendaraan tempur tersebut sudah dilakukan pada 2009 sebanyak 22 unit. Sebelas unit "built-up" akan tiba dari Doosan DST, sedangkan sisanya 11 unit dikerjakan oleh Pindad. Tak hanya itu, PT Pindad akan mengembangkan tank ringan mulai 2014, untuk memenuhi kebutuhan pertahanan TNI Angkatan Darat.

Adik mengemukakan rencana tersebut merupakan upaya untuk menjawab kebutuhan panser dan tank TNI AD yang saat ini 90 persen diisi oleh produk asing. Dia mengemukakan tank ringan itu akan merujuk pada model produk mancanegara saat ini, seperti produk K-21 buatan Doosan DST Korea Selatan dan ACV-300 dari Turki. Tank ringan ini memiliki bobot 15 ton hingga 25 ton dengan penggerak roda rantai.


Infantry Fighting Vehicle K-21

Selain panser dan tank ditandatangani pula pengembangan bersama nota kesepahaman dengan Daewoo International Corporation untuk kerja sama pengembangan kapal cepat rudal (KCR-70).

Selain panser dan KCR-70 kedua negara juga telah melakukan pengadaan bersama empat unit kapal "Landing Platform Dock" (LPD), pesawat jet tempur KFX/1FX dan kapal selam.

Indonesia dan Korsel mengukuhkan kerja sama pertahanan kedua negara ditandai dengan penandatangana nota kesepahaman oleh Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan Pos M Hutabarat dan Direktur Biro Kebijakan Kekuatan Korsel Lee Yung Dae.

Penandatanganan nota kesepahaman itu disaksikan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Kwan-jin.

Dengan nota kerja sama, itu kedua negara sepekat untuk memperluas dan meningkatkan kerja sama selain industri pertahanan seperti pelatihan, pendidikan dan pertukaran perwira.

Terkait kerja sama industri pertahanan kedua negara untuk saling bertukar informasi teknologi pertahanan, produksi bersama disertai alih teknologi dan pemasaran produk bersama.

Sumber : ANTARA

Indonesia Mantapkan Aliansi Dengan Tiga Negara Maju Eropa

JAKARTA - Sekarang masanya aliansi dengan negara maju dalam bidang apa saja. Indonesia juga akan menempuh aliansi industri pertahanan itu dengan tiga negara Eropa anggota NATO, yakni Spanyol, Jerman, dan Perancis.

Ketiga negara itu bukan negara kemarin sore dalam rancang bangun persenjataan; mereka sudah ratusan tahun mengembangkan basis teknologi persenjataan masing-masing. Tidak ada istilah short cut.

Spanyol ternama soal persenjataan ringan dan pesawat terbang transport, Jerman soal persenjataan infantri, meriam, dan teknologi metalurgi dan material.

Mandiri adalah motto ringkas Perancis dalam pertahanan negaranya. Simak performansi senapan 5,56 milimeter F1 FAMAS, seri-seri Mirage dan Rafale, hingga kapal induk serang kelas Mistral dan Ouragan. Ingat MM-40 Blok 3 Exocet? Itu buatan Perancis dan kita beli juga seri awalnya karena jauh lebih murah.

Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, di Jakarta, sesaat sebelum memulai kunjungannya ke Eropa, Senin (12/9), mengatakan kerja sama Indonesia secara bilateral dengan masing-masing ketiga negara itu telah lama terjalin.

"Namun, Indonesia ingin memantapkan kembali bentuk kerja sama itu kearah produksi dan pemasaran bersama sehingga dapat mendukung kemandirian industri pertahanan nasional," katanya.

Produksi Bersama C-295


Contohnya jelas, PT Dirgantara Indonesia telah menjalin kerja sama dengan CASA Spanyol yang kini bernama European Aeronatic Defense and Space Company (EADS), sebuah perusahaan dirgantara besar Eropa. Yang paling jelas adalah pembuatan NC-212 Aviocar (kini C-212 seri 400) dan CN-235.

Kini hal itu akan dikembangkan dalam pembuatan pesawat transportasi ringan C-295, yang dikembangkan dari basis CN-235 itu. Dengan sejumlah perkuatan struktur, mesin, dan sistem pendaratannya, maka C-295 bisa diubah menjadi pesawat peringatan dini dan dipasangi radome laiknya EC-3 Sentry atau Hawkeye.


Wamenhan akan jajaki kemungkinan produksi bersama C-295 dan C-295AEW

"C-295 ini memiliki kapabilitas dan kapasitas melebihi CN-235. Nah... kita ingin jajaki kemungkinan produksi bersama, pemasaran bersama dan investasi bersama antara Indonesia dengan Spanyol, Jerman, Prancis yang terlibat dalam EADS," katanya.

Sjafrie mengemukakan pada kesepakatan awal PT DI memperoleh porsi 40 persen untuk kandungan setempat komponen pesawat tersebut. Artinya, kualitas buatan Indonesia itu diakui dunia namun pemerintah agaknya tidak mau memfokuskan pembangunan industri strategis yang berperan vital itu. Dengan begitu, para insinyur andal Indonesia tidak harus berkelana ke mana-mana sampai-sampai yang mengambil manfaat keahlian mereka adalah negara pesaing belaka.

Sumber : ANTARA

Komisi I DPR Setujui Pembelian F-16 Block 52


JAKARTA – Komisi I Bidang Pertahanan DPR RI menyetujui pembelian 6 unit pesawat tempur baru jenis F-16 Block 52 senilai Rp3,8 triliun. Wakil Ketua Komisi I, Tubagus Hasanuddin, menyatakan bahwa pesawat tempur RI perlu direvitalisasi.

“Meski kita memiliki beberapa skuadron pesawat tempur, tapi pesawat tempur kita memang sudah tua. Harus ada penggantinya. Pesawat kan harus mengikuti perkembangan zaman,” kata Hasanuddin dalam perbincangan dengan VIVAnews.com, Minggu (25/9).

Menurutnya, beberapa jenis pesawat tempur RI sudah harus diperbarui, seperti F-5E Tiger dan Hawk 100/200. Untuk itu, ujar Hasanuddin, DPR dan pemerintah sudah sepakat untuk menganggarkan sejumlah dana.

“Anggaran sudah disiapkan. Kami sudah memprogram pembelian F-16 Block 52. Pesawat sekelas itu sudah cukup canggih,” tutur politisi PDIP itu. Sebelumnya, anggota Komisi I Tjahjo Kumolo menjelaskan, F-16 Block 52 dipilih karena kemampuannya yang memadai. “Kehadirannya memiliki efek getar dan daya tangkal yang cukup,” kata Tjahjo.

Namun, terang Hasanuddin, RI belum langsung memutuskan untuk mendatangkan F-16 Block 52, karena mendadak ada tawaran lain dari Amerika Serikat. “AS tiba-tiba menawarkan hibah pesawat F-16 grounded. Jadi pemerintah dan DPR masih membahas, apakah tetap akan membeli pesawat tempur baru, atau menerima tawaran hibah dari AS itu,” papar Hasanuddin.

Ia sendiri menilai, pembelian pesawat tempur baru lebih banyak manfaat dan keuntungannya bagi RI. Pasalnya, pesawat baru memiliki daya tahan lebih lama ketimbang pesawat grounded. “Pesawat baru bisa 30 tahun umurnya. Tapi pesawat grounded cuma 12 tahun,” kata Hasanuddin.

“Lagipula, pesawat hibah yang ditawarkan AS itu secara terbuka justru disimpan dan ditongkrongkan AS begitu saja seperti rongsokan di Gurun Arizona. Apa kita mau yang seperti itu?” ujar Hasanuddin. Lebih lanjut, ia menyatakan, biaya upgrade pesawat grounded bisa lebih mahal daripada membeli pesawat baru.

Hasanuddin menjelaskan, bila Indonesia menerima tawaran hibah dari AS, maka Indonesia akan mendapatkan 24 unit pesawat grounded. Sementara bila membeli yang baru, Indonesia hanya akan memperoleh 6 pesawat baru. “Tapi pesawat hibah yang mesti diupgrade ini lebih rendah kemampuannya dari Block 52 yang sudah canggih,” kata dia.

Sumber : VIVANEWS.COM

136 Prajurit Marinir Amankan Pulau Terdepan RI

TERKAIT


foto internet
Sebanyak 136 prajurit Korps Marinir Pasmar-1 yang tergabung dalam Satuan Tugas Pengamanan Pulau Terdepan XI berangkat mengamankan Pulau Terdepan menggantikan Satgas Puter X.

Dalam upacara pelepasan di lapangan Ambalat Ujung Surabaya, Kamis (22/9/2011), komandan Resimen Artileri-1 Marinir Kolonel Ichwan Dargianto yang menjadi Irup mewakili Komandan Pasmar-1 menyampaikan permohonan maaf kepada prajurit atas ketidakhadiran Danpasmar-1 karena tugas lain.

"Danpasmar-1 berpesan agar setiap prajurit mampu mengendalikan diri dan dengan cepat beradaptasi menyesuaikan keadaan di penugasan yang menempati pulau-pulau terdepan di wilayah timur," kata Danmenart-1 Mar Kolonel Marinir Ichwan Dargianto.

Ke-136 personel itu ditempatkan di Pulau Brass dengan kekuatan 21 personel, Pulau Fanildo dengan kekuatan 30 personel, Pulau Fanni dengan kekuatan 30 personel, dan Pulau Rote dengan kekuatan 30 personel.

"Saya yakin dan percaya para prajurit yang akan berangkat mengamankan pulau terdepan sanggup mengatasi semua permasalahan di medan tugas dan menjaga nama baik TNI-AL, khususnya Korps Marinir karena penugasan merupakan tugas mulia demi menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI," katanya.

Setelah upacara usai, seluruh personel Satgas Puter XI melaksanakan embarkasi ke KRI Teluk Lampung 540 yang mengangkut mereka menuju pulau-pulau terdepan yang akan diamankan. (ans/aef) 

Indonesia Membangun Industri Alutsista


  • Oleh Jagarin Pane
KLAIM Malaysia atas blok konsesi Ambalat di Provinsi Kalimantan Timur lima tahun lalu dengan menggerakkan kapal perangnya di sekitar Karang Unarang membuat marah petinggi TNI. Cilangkap menganggap ini merupakan  penghinaan teritorial NKRI terbesar sepanjang 40 tahun terakhir karena berkaitan dengan manuver kapal perang asing yang melakukan provokasi terang-terangan sampai menyandera pekerja pembuatan mercusuar Karang Unarang.

Mabes TNI kemudian melakukan operasi militer dan intelijen dengan mengerahkan gugus tempur laut berupa kapal perang jenis fregat dan korvet serta satuan tugas pasukan marinir ke lokasi Ambalat, Sebatik, Nunukan dan Tarakan. TNI juga menempatkan sejumlah pesawat tempur di Balikpapan dan Tarakan, kemudian mengusir tegas kapal perang Malaysia dari perairan Ambalat sekaligus memastikan kehadiran permanen 5-6 kapal perang yang siap siaga 24 jam dalam sehari di perairan itu.

Kondisi ini tentu bukan untuk hangat-hangat tahi ayam.  Petinggi TNI pasti tahu bahwa urusan klaim teritorial memerlukan waktu penyelesaian bertahun-tahun dan selama waktu itu TNI harus terus melakukan pengawasan penuh atas wilayah konflik perbatasan. 

Dalam perjalanan waktu itu tentu saja pemikir strategis TNI bersama Kementerian Pertahanan melakukan olah pikir dan olah daya sembari menginventarisasi kekuatan alutsista yang dimiliki dan lalu dibandingkan dengan kekuatan alutsista milik tetangga. 

Sebagai negara kepulauan terbesar, tentu saja kekuatan angkatan laut dan udara merupakan kekuatan pukul utama manakala negara dalam keadaan diserang negara lain, baik skala terbatas maupun skala luas.  Nah, setelah dihitung-hitung dengan cermat, maka dimulailah program peremajaan alutsista dengan membeli  ke berbagai negara. 
Beberapa jenis alutsista yang dibeli bisa disebut beli murni, misalnya jet tempur Sukhoi, namun beberapa jenis lain dibeli dengan metode ToT (transfer of technology), contohnya kapal perang jenis LPD dari Korea Selatan.

Selama kurun waktu tahun 2007 sampai 2011 ini, berbagai alutsista strategis sudah ada dalam genggaman TNI bersama perkuatan personel.  Bisa disebut 4 korvet Sigma buatan Belanda, 4 LPD (Landing Platform Dock) kerja sama Korsel-PAL, integrasi sistem tempur dengan rudal Yakhont pada KRI Fregat Ahmad Yani Class, pasang rudal C802 di sejumlah Kapal Cepat Rudal, dan kerja sama pembuatan rudal C705 dengan China. 
Kemudian overhaul Kapal Selam KRI Nanggala di Korsel (bonusnya hibah 10 tank amfibi LVT-77 ), pembuatan puluhan kapal cepat rudal di PAL dan galangan kapal nasional, pembuatan kapal perang jenis LST.  Tambahan 6 Sukhoi, 17 tank amfibi BMP-3F sudah memasuki pangkalan arsenal TNI, juga instalasi radar militer di Indonesia Timur yaitu di Biak, Merauke, Timika dan Saumlaki.

Langkah Berani

Saat ini, TNI juga sedang mempersiapkan pembentukan skuadron UAV di Pontianak dan Pekan Baru, menunggu kedatangan 16 Super Tucano, menanti kedatangan 16 jet latih / tempur T-50 dari Korsel dan menambah kembali pesanan 6 Sukhoi untuk melengkapi jumlah yang ada saat ini, yaitu 10 unit, menjadi kekuatan penuh satu skuadron (16 unit).
Yang menggembirakan tentu saja adanya hibah 30 unit F16 blok 32 dari Amerika Serikat yang sudah disetujui,  kemudian melakukan upgrade 8 Hercules, pesan 4 heli Cougar dari Prancis,  pesan 4 CN 235 ASW dari PT DI. Tak ketinggalan juga menambah inventory tank amphibi dengan memesan kembali 56 unit BMP-3F dari Rusia.

Kekuatan lima heli tempur serbu jenis MI35 dan 12 Mi17 buatan Rusia sudah hadir di skuadron Penerbad. Kemudian pengadaan ratusan rudal QW3 untuk Marinir dan Paskhas, pembelian rudal Exocet terbaru untuk 4 KRI Sigma, pembuatan 154 panser Pindad, kerja sama pembuatan 44 panser Canon dengan Korsel, pengadaan rudal antitank. 
Perluasan pangkalan TNI AL di Padang, Tarakan, Kupang dan Merauke sudah selesai, pembangunan pangkalan TNI AU di Tarakan untuk menampung segala jenis pesawat tempur, penambahan puluhan batalyon infantri, mekanis, marinir dan Paskhas, pembentukan divisi 3 Kostrad.  Setidaknya ini yang tampak di depan mata.
Pada 2010, program alutsista dipertajam dengan membangun industri hankam dalam negeri dengan memberdayakan PT PAL, PT DI, Pindad, Lapan dan industri alutsista swasta untuk menghasilkan produksi dalam negeri, termasuk kerja sama dengan LN membangun alutsista di Tanah Air.

 Senjata SS2, mortir, amunisi, bom Sukhoi, kapal cepat rudal, kapal trimaran, kapal jenis LST, helikopter, pesawat angkut dan patroli CN235, roket Lapan, panser Anoa adalah buah pemberdayaan industri alutsista dalam negeri yang sudah menampakkan hasil.  Kerja sama melalui transfer teknologi dengan Korsel adalah 4 kapal LPD, dua dibuat di Korsel dan dua lainnya di PAL Surabaya.  Demikian juga dengan pembuatan 40 panser Canon, separo di Korsel sisanya di Pindad. Langkah berani Kemhan adalah melakukan terobosan besar di bawah kepemimpinan Menhan Purnomo Yusgiantoro dengan melakukan kerja sama strategis pembuatan pesawat tempur KFX bersama Korsel.  Kualitas jet tempur ini di atas F16 dan hasil kerja sama ini nantinya Indonesia akan menerima 50 unit jet tempur generasi 4,5 dan bisa memproduksi sendiri.

Kerja Sama

Kemudian Kemhan juga meluncurkan pembuatan 10 kapal perang jenis PKR kerja sama dengan Damen Schelde Belanda.  Akhir tahun 2010 sudah dimulai pengerjaannya dengan membuat 2 PKR Light Fregat. Perusahaan swasta Lundin yang berlokasi di Banyuwangi sedang mempersiapkan beberapa kapal perang jenis trimaran.
 Galangan kapal swasta di Batam sudah menghasilkan 1 kapal cepat rudal yaitu KRI Clurit dan sedang membuat beberapa KCR lainnya. Proyek rudal strategis Lapan-Pindad sedang berjalan, bahkan Lapan-Pindad saat ini sedang memproduksi massal ribuan roket Rhan setelah dilakukan uji tembak di pusat latihan tempur Baturaja Sumatera Selatan beberapa waktu yang lalu.

Untuk jangka panjang, memproduksi alutsista buatan negeri sendiri sesungguhnya memberikan nilai yang tinggi bagi generasi bangsa. Betapa tidak, mereka yang diwarisi dengan industri hankam strategis akan merasa sangat bangga bahwa tanah airnya yang bernama Indonesia sudah mampu memproduksi pesawat angkut, pesawat tempur, helikopter, kapal perang, kapal selam, tank, rudal dan lainnya.  Kondisi ini akan memberikan semangat bertanah air yang tinggi.
Ingat cara Soekarno membuat proyek bernilai nasionalis tinggi, Masjid Istiqlal, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Monas, Jembatan Semanggi, Jembatan Ampera.  Itu semua dibangun ketika ekonomi rakyat berkategori sangat miskin, namun sekarang menjadi kebanggaan bangsa dan rakyat kita.

Kita berharap pembangunan industri alutsista dalam negeri ini berjalan konsisten, terpadu, terarah dan transparan tanpa benturan konflik kepentingan.
 Soalnya musuh terbesar dalam program ini adalah ketidakkonsistenan itu sendiri dan intelijen makelar senjata yang selalu merayu petinggi Kemhan dengan berbagai cara, dengan iming-iming komisi menggiurkan untuk memakai alutsista buatan pabrik kapitalis ini dan itu.  Mudah-mudahan Menhan Purnomo yang enerjik, lincah dan berakal cerdik itu bersama pengambil keputusan di Kemhan dan Mabes TNI mampu berjalan seiring, seia sekata untuk menghasilkan alutsista strategis buatan anak bangsa, mewariskan kehormatan dan kebanggaan pada generasi bangsa. (24)

Latihan militer dekat perairan Spratly


Kapal perang AS mendekati Pulau Palawan, Filipina. (Foto:AFP)
Di tengah ketegangan terkait sengketa atas perairan dekat Kepulauan Spratly, Amerika Serikat mengerahkan ssejumlah kapal penghancur rudal untuk mengikuti latihan bersama dengan AL Filipina.

Di tengah ketegangan terkait sengketa atas perairan dekat Kepulauan Spratly, Amerika Serikat mengerahkan sejumlah kapal penghancur rudal untuk mengikuti latihan bersama dengan AL Filipina. 

Anggaran senjata utama untuk jaga perbatasan

Tentara di Banda Aceh
Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan untuk AD antara lain akan ditambah helikopter
Pemerintah Indonesia menyediakan dana US$5 miliar atau sekitar Rp60 triliun untuk pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan atau Alutsista terutama untuk meningkatkan keamanan di wilayah perbatasan.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan hal itu setelah pembahasan soal pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan dalam rapat kabinet di Jakarta, Kamis (8/9).
Purnomo mengatakan pemerintah menyediakan anggaran sebesar itu untuk pengadaan alat pertahanan sampai tahun 2014.
Purnomo mengatakan dana tersebut akan digunakan untuk membeli alat persenjataan yang dibutuhkan oleh angkatan laut, udara dan darat, serta Mabes TNI, terutama untuk meningkatkan sistem pertahanan wilayah perbatasan.
Namun pengamat militer Andy Wijayanto dari Universitas Indonesia mengatakan anggaran sebesar US$5 miliar itu sebenarnya masih kurang.
"Anggaran sebesar itu belum cukup, angka ideal US$12 miliar hampir tiga kali lipat, sesuai dengan rencana yang dibuat tahun 2007-2008 oleh menteri pertahanan (saat itu) yang diproyeksikan sampai tahun 2024," kata Andy kepada BBC Indonesia.
"Untuk angkatan darat akan diperbanyak pembelian helikopter"
Purnomo Yusgiantoro
Sementara itu Purnomo mengatakan dari dana yang dianggarkan itu akan dibeli sejumlah peralatan termasuk kapal cepat rudal.
"Untuk laut misalnya kapal selam dan kemudian kapal cepat rudal," kata Purnomo menjelaskan tentang alat utama yang akan dibeli.
"Indonesia timur misalnya, laut dan ombaknya cukup besar, dan tantangan alamnya besar, jadi perlu kapal besar di sana," tambahnya.
"Untuk angkatan darat akan diperbanyak pembelian helikopter."
Purnomo menambahkan Alutsista itu akan dipasok dari produsen dalam maupun luar negeri.

Prioritas perbatasan

Walaupun pembelian alutsista ini difokuskan untuk wilayah perbatasan, Andy Wijayanto mengatakan keadaannya cukup mencemaskan karena kurang sumber daya.
"Relatif mencemaskan, hampir kosong, karena kekurangan jumlah pasukan yang bisa digelar di sana. Di darat di Kalimatan, Papua dan Timor barat, ketiga wilayah perbatasan itu sama persis kondisinya dengan pasukan pada tahun 1980an," kata Andy.
"Untuk laut hanya ada kapal terbaru sigma dari Belanda yang ditempatkan di Sulawesi karena masalah Ambalat, sementara di wilayah lain hanya digunakan kapal yang dulu kita miliki di masa pak Harto," tambahnya.
Andy mengatakan Indonesia tidak dapat mengimbangi peningkatan persenjataan yang dilakukan Malaysia.
Ia juga mengatakan prioritas yang perlu dilakukan adalah wilayah terluar, termasuk 12 pulau, agar kejadian Sipadan dan Ligitan (yang diklaim Malaysia) tidak terulang.
"Wilayah-wilauah inilah yang perlu pengawalan militer yang memadai," kata Andy.

Minggu, 18 September 2011

DANJEN KOPASSUS MENUTUP LATIHAN BERSAMA DAWN KOMODO XI/ 2011





Jumat, 16 September 2011 18:35 WIB

Komandan Jenderal Kopassus Mayjen TNI  Wisnu Bawatenaya menutup latihan bersama Dawn Komodo-XI TA.2011 antara  Kopassus Special Air Service Regiment (SASR) Australia di Lapangan  Ahmad  Kirang Satuan  81  Jakarta, Jumat(16/9). Latihan Dawn Komodo -XI /2011 yang telah dimulai sejak 6/9 ini dan diakhiri dengan latihan puncak serbuan pembebasan sandera oleh  pasukan khusus kedua negara di Pulau Kotok Kepulauan Seribu pada Kamis dini hari dengan sukses dan aman. Dalam amanatnya Danjen Kopassus menyampaikan dengan berakhirnya kegiatan Latihan Bersama Dawn Komodo XI Tahun 2011, diharapkan seluruh peserta latihan dapat menyerap materi yang dilatihkan, sehingga  dapat meningkatkan profesionalisme prajurit yang dapat mendukung kemampuan satuan untuk menghadapi setiap penugasan yang diberikan Negara. Disamping itu diantara para peserta dapat terwujud kebersamaan dan perasaan memiliki sehingga dapat saling memberi dan menerima pengetahuan yang sangat bermanfaat dalam mendukung tugas kedua pasukan khusus. Turut hadir dalam upacara penutupan Delegasi Athan Australia, Para Pamen Ahli Kopassus, Ir Kopassus, Para Asisten Danjen Kopassus dan Para Komandan Satuan dijajaran Kopassus.

Berita lainnya:

Selasa, 06 September 2011

( Mengerikan Gan !!! ) TNI Ujicoba rudal, Malaysia dan Singapore Pucat Pasi !!!

Uji tembak rudal Yakhont yang dilakukan KRI Fregat Oswald Siahaan di selatan selat Sunda akhir April 2011 sukses besar dan mampu menenggelamkan KRI LST tua renta Teluk Bayur yang sudah pensiun. Uji tembak rudal yang berjarak jangkau 300 km yang diikuti 12 KRI itu adalah simbol kebangkitan keperkasaan TNI AL, gemanya sampai ke rumah tetangga dan menjadi diskusi hangat di kalangan petinggi militer mereka.

Soalnya belum ada arsenal negara tetangga yang sehebat Yakhont baik dalam kecepatan dan jarak tembak. Singapura saja dengan uji coba rudal ini tiba-tiba menjadi macan kertas pucat pasi, apalagi Malaysia yang baru punya Excocet berjarak jangkau 70 km. Pakcik sebelah terdiam sambil menyeka keringat dinginnya. Betul..betul..betul !!!


KRI Oswald Siahaan



DATA TEKNIS

KRI Oswald Siahaan memiliki berat 2,940 ton. Dengan dimensi 113,42 meter x 12,51 meter x 4,57 meter. Ditenagai oleh turbin uap dengan 2 boiler, 2 shaft yang menghasilkan 30,000 shp sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 28,5 knot. Diawaki oleh maksimal 180 pelaut.

PERSENJATAAN

KRI Oswald Siahaan dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan modern untuk mengawal wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah :
- 8 Peluru Kendali Permukaan-ke-permukaan McDonnel Douglas RGM-84 Harpoon dengan jangkauan maksimum 130 Km (70 mil laut), berkecepatan 0,9 mach, berpemandu active radar homing dengan hulu ledak seberat 227 Kg.
- 4 Peluru kendali permukaan-ke-udara Mistral dalam peluncur Simbad laras ganda sebagai pertahanan anti serangan udara. Jangkauan efektif 4 Km (2,2 mil laut), berpemandu infra merah dengan hulu ledak 3 Kg. Berkemampuan anti pesawat udara, helikopter dan rudal.
- 1 Meriam OTO-Melara 76/62 compact berkaliber 76mm (3 inchi) dengan kecepatan tembakan 85 rpm, jangkauan 16 Km untuk target permukaan dan 12 Km untuk target udara.
- 2 Senapan mesin 12.7mm
- 12 Torpedo Honeywell Mk. 46, berpeluncur tabung Mk. 32 (324mm, 3 tabung) dengan jangkauan 11 Km kecepatan 40 knot dan hulu ledak 44 kg. Berkemampuan anti kapal selam dan kapal permukaan.
- 4 Rudal Yakhont





Rudal Yakhont



Kemampuan KRI Oswald Siahaan akan segera bertambah. Ini terlihat dari pembelian rudal Yakhont buatan Rusia. Rudal ini punya daya jelajah super jauh yaitu 300 kilometer.

Adapun Beberapa kehandalan Yakhont yang tak dimiliki rudal anti permukaan TNI-AL sebelumnya adalah Yakhont mempunyai kecepatan maksimum hingga 2,5 Mach. Ditambah lagi Yakhont punya jangkauan tembak sangat jauh, tak tanggung-tanggung 300 Km. Dua kemampuan tadi yang hingga kini belum dimiliki jajaran rudal anti kapal.

Untuk memasang rudal ini, TNI-AL mempercayakan pada devisi Kapal Perang yang dimiliki oleh PT PAL Indonesia.Kepala Proyek Pemasangan Rudal Yahkunt dari PT PAL Indonesia Sutrisno mengatakan, rudal yang dibeli dari Rusia ini berjumlah empat misil dan akan dipasang di KRI Oswald Siahaan (OWA).Pemasangan rudal ini telah dikerjakannya selama tiga minggu terakhir.

Keempat misil rudal Yakhont ini rencannya baru tiba di galangan PT PAL pada bulan April mendatang. Sambil menunggu datangnya rudal itu, PT PAL saat ini telah membuat tempat dudukan rudal tersebut diatas KRI OWA.Yang pasti, dengan pemasangan rudal ini, kata Sutrisno, membuktikan jika kemampuan dari PT PAL tidak diragukan lagi.

KEMAMPUAN RADAR

KRI Oswald Siahaan diperlengkapi radar LW-03 2-D air search, sonar PHS-32. Juga diperlengkapi dengan kontrol penembakan (fire control) M-44 SAM control serta perangkat perang elektronik UA-8/9 intercept. Sebagai pertahanan diri mempunyai 2 peluncur decoy RL.

KELENGKAPAN LAINNYA

memiliki dek untuk 1 helikopter yang sebelumnya adalah Westland Wasp HAS 1 (kini pensiun) dengan fungsi sebagai heli anti kapal selam. Mungkin kini diganti dengan NBO-105 atau NAS 332L Super Puma.

Sumbangan dari kaskuser :