"Empat prototipe untuk Korea dan satu untuk kita (Indonesia)," kata Direktur Teknologi Industri Pertahanan, Ditjen Pothan, Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI Agus Suyarso, dalam Seminar Industri Pertahanan di Gedung Antara, Jakarta, Rabu (18/5).
Dengan komposisi pembiayaan total 80:20 ini, artinya pemerintah hanya menyumbang US$ 1,01 miliar atau sekitar 10,1 triliun dari total biaya sebesar US$ 5,05 miliar. Proyek ini akan berlangsung selama 10 tahun, tepatnya hingga tahun 2020. "Nanti rencananya kalau untuk trading-nya 250 pesawat, 200 untuk mereka, 50 untuk kita," kata dia.
Kerjasama pembuatan pesawat tempur ini menjadi salah satu cara Indonesia dalam rangka pengembangan alutsista untuk kebutuhan sekarang dan masa depan. Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan industri pertahanan dan meningkatkan kemandirian dan sistem senjata terpadu.
Pemerintah Indonesia resmi menyerahkan tim engineering yang terdiri atas 37 orang untuk bekerja sama dengan tim Korea Selatan (Korsel) menggarap program pesawat tempur KF-X/IF-X.
Tim yang akan terlibat dalam pembuatan sekitar 150 jet tempur antiradar (stealth) itu bakal berada di Korsel selama 18 bulan. Penyerahan tim dilakukan saat acara kic koff meeting yang dihadiri Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemhan) Marsekal Madya TNI Eris Herryanto di Daejon, Korsel, Selasa (2/8).
Tim terdiri atas unsur TNI Angkatan Udara, pakar dari ITB,Kemhan, dan PT Dirgantara Indonesia. Kepada tim Indonesia, Marsdya TNI Eris berpesan agar mereka memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga bisa menjadi bekal mengembangkan keahlian dan pengalaman dalam program teknologi canggih tersebut. ”Kami telah memilih tim engineering Indonesia yang saya percaya akan mendedikasikan semua pengalaman mereka untuk mendukung program ini,” ujarnya kemarin.
Pada kesempatan itu, Eris didampingi antara lain Dirjen Pothan Kemhan Pos M Hutabarat, Kabalitbang Prof Eddy Sumarno Siradj, dan Direktur Teknologi Industri Ditjen Pothan (Dir Tekind) Brigjen TNI Agus Suyarso,Kepala Biro Perencanaan Brigjen TNI Mikdala Buchari, dan wakil dari BPPT.
Acara juga dihadiri pula oleh Duta Besar Indonesia untuk Korsel,Komisaris Defense Acquisition Program Administration (DAPA), dan Agency for Defence Development (ADD) Korsel. Menurut dia, program pembangunan jet tempur ini telah mencapai tonggak penting dengan dimulainya tahap pengembangan teknologi.
Jet tempur KF-X (Korea Fighter Xperimen)/IF-X (Indonesia Fighter Xperimen) tersebut merupakan jet tempur generasi 4.5.Kecanggihan generasi ini di atas pesawat tempur yang dimiliki TNI AU sekarang seperti F-16 maupun Sukhoi (SU- 27 dan SU-30) yang tergolong generasi 4.
Pada program ini, tidak ada kuota anggota tim dari Indonesia lantaran hal ini merupakan program transfer of technology (ToT).Dari 37 orang anggota tim yang dikirim,mereka tersebar kurang lebih untuk 25 bagian. ToT tersebut menjadi sangat penting karena sebagai persiapan untuk kemandirian.
Selain melakukan ToT, Indonesia akan mendapat 50 unit jet KF-X/IF-X lewat program ini. Kabalitbang Kementerian Pertahanan Eddy S Siraidj sebelumnya mengungkapkan, untuk mendukung program ini, pada 2011 ini Indonesia telah menyampaikan sekitar USD2 juta.
September mendatang akan kembali menyetor USD700.000, kemudian pada 2012 sebesar USD7,3 juta. Proyek kerja sama yang rencananya kelar pada 2020 tersebut bernilai USD8 miliar.Dari jumlah tersebut, sharing pembiayaan antara Indonesia dan Korsel adalah 20:80%.
Dengan demikian, biaya yang harus diserahkan Indonesia kurang lebih sebanyak USD1,6 miliar. Pada tahun ini sudah dianggarkan Rp48,5 miliar, sedangkan 2012 direncanakan Rp100 miliar, dan pada 2013, 2014, 2015 masing-masing Rp1,2 triliun. fefy dwi haryanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar